5 Subnetting Ipv4 model VLSM
penyusun:
nama: muhammmad
VLSM atau Variable Length Subnet
Mask
VLSM atau variable length subnet mask adalah jenis perhitungan subnetting dimana panjang subnet mask yang kita berikan akan disesuikan dengan banyaknya jumlah host di setiap subnet tersebut.
Belajar VLSM kali ini tidaklah sulit, karena intinya: cara perhitungannya sama saja dengan yang sudah kita bahas di materi belajar subnetting sebelumnya.
Cuma beda dikit aja, serius.
Saya yakin kamu akan sangat mudah memahami materi VLSM kali ini. Kecuali kamu memang tidak mengikuti bab ip addressing ini dari awal.
Ada 2 teknik perhitungan subnetting:
- FLSM: fixed length subnet mask. Satu network, kita pecah-pecah menjadi beberapa network (subnet) dimana setiap lebar subnet yang satu sama dengan lebar subnet yang lainnya.
- VLSM: variable length subnet mask. Kebalikannya, sebuah network yang kita subnet, menghasilkan subnet-subnet yang berbeda panjang subnet masknya antara subnet satu dengan yang lain.
Nah, yang kita bahas sebelumnya itu adalah teknik FLSM. Nanti akan kita ulas lagi perbedaan antara FLSM dan VLSM.
Tapiiii… disini saya tidak akan bahas lagi tata cara perhitungannya. Kita akan lebih mempelajari cara pemetaan (design subnet) jaringan yang efektif dan mudah dalam pengembangannya.
Ada 3 network di topologi tersebut:
- Workstation LAN: di kaki e0/0 Router01 menuju switch yang terhubung ke client-client, sebanyak 50 hosts.
- Point-to-Point WAN: di kaki s1/0 Router01 menuju kaki s1/0 Router02, cuma butuh 2 hosts.
- Server-LAN: di kaki e0/0 Router02 menuju ke server-server yang banyaknya 12 hosts.
Walau sebenarnya jarang ada topologi seperti ini, sengaja kita pakai untuk belajar dasar perhitungan VLSM saja.
- Dikatakan point-to-point WAN: seperti kita ingin menghubungkan 2 gedung, dengan 2 router dedicated di gedung tersebut.
- Tapi gedung Router02 isinya server-server (seharusnya ada switch disana).
- Sedang gedung Router01 untuk workstation, para karyawan.
Jelas ya? Mari kita mulai.
1. Teknik Subnetting dengan FLSM (Fixed Length Subnet Mask)
Dari ip space 192.168.10.0/24, berarti kita punya 254 lebar host yang bisa dihitung-hitung (dialokasikan). Nah kalau FLSM, lebar setiap subnet yang kita buat nanti, sama semua.
Disana kan cuma ada 3 network.
Dari 192.168.10.0/24 dibagi menjadi 3 network, kita bisa pakai:
- /26 untuk setiap subnet (workstation LAN, point-to-point, server LAN), sama semua. Lebar host dari /26 adalah 64, dengan 62 valid host. Ya kan?
- /24 akan habis jika dipakai 4x /26. Sedang kebutuhan network kita cuma 3, berarti ada satu block /26 yang tersisa, bisa digunakan juga untuk spare.
a. Menentukan subnet mask untuk kebutuhan jumlah host
“Bro, gedung Router01 ntar yang paling banyak jumlah hostnya. Karena karyawan disana semua, kira-kira sebanyak 50 hosts.”
“Di gedung Router02 isinya cuma server-server, sekitar 12 an server, tapi ini kita pasangin router dedicated aja. Nanti ada satu network point to point buat hubungin ke gedung Router01”
Dari percakapan ini, fokus kita ke workstation LAN yang isinya 50 hosts. Nah berapa subnet mask yang panjang hostnya sampai 50?
Dengan /26, kita punya lebar host 62 yang bisa dipakai. Dari kebutuhan 50, masih ada 12 ip nanti yang sisa. Cukup bagus buat spare, ya kan?
b. Ini perhitungannya
Well, saya tidak ingin menyesatkan pola belajar kamu dengan tabel itu. Minimal kamu harus sudah tau cara perhitungannya, karena tabel tersebut cuma memudahkan saja, bukan jadi bocoran.
2 pangkat berapa (y) yang jumlahnya mencukupi 64 host?
Ingat di materi subnetting sebelumnya, untuk mencari tahu jumlah host dan subnet masknya, kita gunakan rumus 2^y-2. Dimana y adalah bit host yang aktif.
2^y-2 sama dengan atau lebih dari 64 host?
Jawabannya adalah 2 pangkat 6 = 64 (kurang 2 untuk broadcast address dan network address).
Alias 1100.0000 = 64 bit host yang on di oktet ke 4.
Berapa subnet masknya?
Setelah itu sudah kita cari tahu subnet masknya dengan rumus 256 – jumlah host yang diketahui tadi. Berarti 256 – 64 = 192.
Di oktet 4, inget, kelas C. Berarti 255.255.255.192.
c. Subnet yang terbentuk
Karena FLSM, perhitungan selesai. Kita gunakan 255.255.255.192 alias /26 untuk setiap subnet, semuanya sama.
- Valid host: 62 host
- Interval / block size = 64
- Subnet mask = 255.255.255.192
Kalo ga nyambung sama sekali, sana belajar subnetting dulu dari dasar.
2. Teknik Subnetting FLSM Bagian 2
Karena /24 bisa habis dengan 4x /26, sedang yang kita gunakan cuma 3 block subnet. Maka masih sisa 1 lagi /26 dengan alamat network 192.168.10.192/26.
“Bro, nanti kemungkinan besar ada penambahan network lagi”.
Yes, ini harus benar-benar dipertimbangkan saat mensubnet network.
Nah, dari topologi yang udah kita design diatas, efektif engga sih jika spare address tadi berada di block subnet terakhir (ke empat)?
Jawabannya, sah sah saja. Tapi akan lebih efektif kita tempatkan di block ke 2 setelah workstation LAN (dengan asumsi penambahan karyawan yang peluang penambahannya lebih besar).
Selain itu, pertimbangannya adalah kemudahan routing (summarization yang akan kita bahas nanti) karena jika block nya lompat, maka route summarization akan sulit dilakukan.
Perhatikan urutan subnetnya, ada perubahan. Walau subnet mask tiap subnet masih tetap sama panjang.
So, nantinya Router02 hanya akan mengenali LAN di network Router01 sebagai satu block subnet 192.168.10.0/25 (dengan lebar 126 host).
2x /26 kalau disatukan menjadi sebuah network, jadinya /25, ya kan?
2. Keuntungan Menggunakan VLSM
Perlu saya sampaikan, antara VLSM dan FLSM, tidak ada yang lebih baik. Semuanya tergantung design jaringan yang kita buat.
- Jaringan LAN enterprise A dengan kelas A address: 10.0.0.0/8.
- Punya beberapa site, site A, site B, site C, dan seterusnya.
- Dari global ip space 10.0.0.0/8 tadi disubnet menjadi beberapa site menggunakan FLSM (biasanya).
- Tapi tiap site, mereka pasti akan membuat subnet untuk network mereka.
- Nah subnet tiap site didesign dengan VLSM.
Okay, perlahan nanti akan kamu lihat design jaringan yang saya sebutkan diatas. Dibawah nanti akan saya berikan salah satu contohnya.
Sekarang pertanyaannya, kenapa VLSM itu diperlukan?
Perhatikan topologi yang udah kita bahas diatas.
Maka pertanyaannya kita balik: “untuk apa network point-to-point menggunakan /26?”
Jumlah host yang dibutuhkan kan cuma 2, berarti terbuang sebanyak 60 ip address. Sayang banget kan???
… nantinya akan menjadi masalah, ketika network sudah routed, ternyata ip address kurang. Karena tidak segampang itu mengubah skema pengelamatan jaringan yang sudah live.
Semuanya harus diganti, routing diubah, alamat-alamat server akan diubah, ribet. Maka sangat penting mengalokasikan subnet mask yang sesuai untuk tiap subnetwork.
3. Cara Menghitung VLSM
Menghitung VLSM ga susah! Kecuali kamu benar-benar tidak mengikuti bab ip addressing ini dari awal.
- Subnet dihitung dari kebutuhan host terbesar. (Kebutuhan hostnya diurutkan)
- Jika FLSM, masalah selesai. Semua network dikasih sama panjang.
- Tapi di VLSM, tiap subnet akan dihitung lagi.
- Networknya mengikuti dari subnet yang sudah dihitung sebelumnya.
Kita kembali ke topologi diatas. Jika didesign dengan VLSM, maka hasilnya kira-kira seperti ini.
Satu-satu dulu deh.
a. Perhitungan VLSM dasar
Network tadi akan kita urutkan terlebih dahulu:
- Workstation LAN, paling banyak, yaitu 50 host. Menggunakan /26 dengan alamat network 192.168.10.0/26.
- Server-LAN, kedua, ada 12 host. Menggunakan /28 (karena punya 14 valid host). Dengan alamat network 192.168.10.64/28.
- Point-to-point WAN, terakhir, cuma ada 2 host, cukup dengan /30. Dengan alamat network 192.168.10.80/30.
- Kalau ada network lagi, berarti bisa pakai network mulai dari 192.168.10.84 (akhir dari network point to point WAN).
Nah, tidak ada bedanya (perhitungannya). Cuma beda pengalokasian saja.
Karena di VLSM, sisa network jadi banyak, lihat di topologi block hijau, yaitu sisa alamat ip yang bisa digunakan (Bisa disubnet lagi).
(Kamu akan sulit memahami sisa ip address diatas kalau belum paham range host valid tiap slash subnet).
b. Perhitungan VLSM lanjutan
Design yang kita buat diatas masih sedikit kurang efektif. (Tapi kalau ada soal seperti ini, jawaban diatas udah paling bener).
Kita tidak sedang belajar untuk menjawab soal perhitungan VLSM, tapi teknik skema pengalamatan jaringan. Kalau mau belajar perhitungan dasar subnetting silakan balik ke bab sebelumnya.
Okay, ini cara yang lebih baik.
- Kita kan butuh 3 network. Punya space address 192.168.10.0/24
- Hitung dari turunan /24, yaitu /25, 26, dan seterusnya.
- Kalau /25, kita bisa bagi 2, kalau /26 kita bisa bagi 4, kalau /27, kita bisa bagi 8, dan seterusnya.
- Tapi LAN workstation ga mungkin dikasih dibawah /26, karena butuh paling tidak 50 host.
Jadinya perhitungan kita ubah seperti ini :
- Space address 192.168.10.0/24 tadi kita pecah jadi 2 block subnet besar, masing-masing /25.
- Workstation LAN: 192.168.10.0/25
- Server LAN dan WAN: 192.168.10.128/25
- Server LAN dan WAN kita pisahkan lagi dari total ip space 192.168.10.128/25.
- Server LAN: 192.168.10.128/26
- WAN: 192.168.10.192/26
Alasan kenapa dibuat seperti itu, ya jawabannya adalah efisiensi routing kedepannya. Alokasi subnet tidak lompat-lompat.
Ini intinya: bagilah global space ip address dengan FLSM menjadi sedikit jumlah network besar, lalu VLSM subnet-subnet tersebut untuk membentuk network yang lebih kecil setiapnya.
c. Pengalokasian sisa ip address
Mulai sekaran, kalau ada yang nanya “bagus VLSM atau FLSM?”. Jawab saja, “engga ada”. Ga bisa dibandingkan. Pertama, pakei FLSM untuk subnet besar, selanjutnya subnet besar itu disubnet lagi sesuai kebutuhan host dengan VLSM.
Oh ya, manakala network tadi mau berkembang, sudah enak. Jadi seperti ini.
4. Design Subnet yang Efektif dengan VLSM dan FLSM
Kalau kamu masih ingat dengan tahapan membuat subnet yang kita bahas di bab sebelumnya, maka design yang kita buat diatas juga masih belum sempurna.
Disana sudah dijelaskan bahwa ketika membuat subnet:
- Bedakan network LAN dan WAN
- Bisa dengan 1 kelas ip, asal jauh jaraknya
- … atau bedakan kelas ip addressnya.
Kalau kamu perhatikan topologi yang kita bahas tadi. Permasalahan alokasi ip address disebabkan karena kita menggabungkan alokasi untuk network LAN dan network point-to-point WAN.
Jadinya kepotong, ya kan.
Jujur saya katakan, kalau kamu mengerjakan lab exploration CCNA, disana kamu akan banyak sekali melihat skema ip address untuk jaringan yang luas, skala enterprise.
contohnya.
sayang banget. Darisana kamu bisa belajar bener-bener VLSM hingga bener-bener mahir, hingga teknik routing dan summarizationnya.
Saya nol pengalaman dan bukan network engineer saat belajar dengan lab tersebut.
Setelah berkesempatan menghandle jaringan enterprise beberapa perusahaan, skemanya ya seperti itu juga. Lucky me i’ve learned them!
Simpulan
Sekian mengenai belajar VLSM. Mudah-mudahan cukup menjelaskan teknik design / pengalamatan ip jaringn komputer.
Di bab berikutnya kita akan belajar mengenai summarization atau yang dikenal dengan supernetting.
Jika terlalu lama menanti bab berikutnya silakan kerjakan lab yang saya sebutkan diatas dan diskusi bisa dilakukan di group @belajarnetworking telegram.
Belajar dan Mengenal IP Address,
Subnetting, dan VLSM
IP Address
IP Address adalah alamat yang diberikan ke jaringan dan peralatan jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP. IP Address terdiri atas 32 bit (biary digit atau bilangan duaan) angka biner yang dibagi dalam 4 oket (byte) terdiri dari 8 bit. Setiap bit mempresentasikan bilangan desimal mulai dari 0 sampai 255.
Jenis-jenis IP Address terdiri dari :
- IP Public
Public bit tertinggi range address bit network address
kelas A 0 0 – 127* 8
kelas B 10 128 – 191 16
kelas C 110 192 – 223 24
kelas D 1110 224 – 239 28
- Privat
IP Privat ini dapat digunakan dengan bebas tetapi tidak dikenal pada jaringan internet global. Karena itu biasa dipergunakan pada jaringan tertutup yang tidak terhubung ke internet, misalnya jaringan komputer ATM.
10.0.0.0 – 10.255.255.255
172.16.0.0 – 172.31.255.255
192.168.0.0 – 192.168.255.255
Kesimpulan
1.0.0.0 - 126.0.0.0 : Kelas A.
127.0.0.0 : Loopback network.
128.0.0.0 - 191.255.0.0 : Kelas B.
192.0.0.0 - 223.255.255.0 : Kelas C.
224.0.0.0 = 240.0.0.0 : Class E, reserved.
3. Ipv6
terdiri dari 16 oktet, contoh :A524:72D3:2C80:DD02:0029:EC7A:002B:EA73
Subneting
Seorang Network Administrator sering kali membutuhkan pembagian network dari suatu IP Address yang telah diberikan oleh Internet Service Provider (ISP). Dikerenakan persedian IP Address pada saat ini sangat terbatas akibat menjamurnya situs-situs di internet. Cara untuk membagi network ini disebut dengan subneting dan hasil dari subneting disebut subnetwork. Langkah-langkah subneting adalah sbb :
contoh 2:
Suatu perusahaan mendapatkan IP adress dari suatu ISP 160.100.0.0/16, perusahan tersebut mempunyai 30 departemen secara keseluruhan, dan ingin semua departemen dapat akses ke internet. Tentukan network tiap departemen ?
Solusi ;
1. Tentukan berada dikelas mana ip tersebut ? B
2. Berapa jumlah network yang dibutuhkan ?
dengan rumus 2n > network yang dibutuhkan
25 > 30
3. Ubah menjadi biner
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000000 00000000
11111111 11111111 00000000 00000000
- Ambil bit host-portion sesuai dengan
kebutuhkan network, sehingga
kebutuhkan network, sehingga
network-portion host-portion
10100000 01100100 _ _ _ _ _ 000 00000000
11111111 11111111 1 1 1 1 1 000 00000000
perhatikan oktet ketiga
_ _ _ _ _ 000
1 1 1 1 1 000
Cara 1
Dengan mengkombinasikan bit
00001 000 = 8
00010 000 = 16
00011 000 = 24
00100 000 = 32
00101 000 = 40
00110 000 = 48
……………
11111 000 = 248
Cara 2
Mengurangi subnet mask dgn bilangan 256
11111 000 = 248
256 – 248 = 8 maka subnetwork adalah kelipatan 8
No Depertemen Subnetwork (255.255.248.0)
1 Pertama 160.100.8.0
2 Kedua 160.100.16.0
3 Ketiga 160.100.24.0
4 Keempat 160.100.32.0
5 Kelima 160.100.40.0
6 Keenam 160.100.48.0
7 Ketujuh 160.100.56.0
.. ………….
30 Ketigapuluh 160.100.248.0
Maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.8.0 160.100.15.255 160.100.8.1 - 160.100.15.254
160.100.16.0 160.100.23.255 160.100.16.1 - 160.100.23.254
160.100.24.0 160.100.31.255 160.100.24.1 - 160.100.31.254
160.100.32.0 160.100.39.255 160.100.32.1 - 160.100.39.254
160.100.40.0 160.100.47.255 160.100.40.1 - 160.100.47.254
160.100.48.0 160.100.55.255 160.100.48.1 - 160.100.55.254
160.100.56.0 160.100.63.255 160.100.56.1 - 160.100.63.254
160.100.64.0 160.100.71.255 160.100.64.1 - 160.100.71.254
160.100.72.0 160.100.79.255 160.100.72.1 - 160.100.79.254
…….. ………. ………….
160.100.248.0 160.100.255.255 160.100.248.1 - 160.100.255.254
VLSM (Variable Leght Subnet Mask)
Konsep subneting memang menjadi solusi dalam mengatasi jumlah pemakaian IP Address. Akan tetapi kalau diperhatikan maka akan banyak subnet. Penjelasan lebih detail pada contoh :
contoh 2:
Pada suatu perusahaan yang mempunyai 6 departemen ingin membagi networknya, antara lain :
1. Departemen A = 100 host
2. Departemen B = 57 host
3. Departemen C = 325 host
4. Departemen D = 9 host
5. Departemen E = 500 host
6. Departemen F = 25 host
IP Address yang diberikan dari ISP adalah 160.100.0.0/16
Apabila kita menggunakan subneting biasa maka akan mudah di dapatkan akan tetapi hasil dari subneting (seperti contoh 1) tersebut akan terbuang sia-sia karena hasil dari subneting terlalu banyak daripada jumlah host yang dibutuhkan. Maka diperlukan perhitingan VLSM yaitu :
- Urut kebutuhan host yang diperlukan
1. Departemen E = 500 host
2. Departemen C = 325 host
3. Departemen A = 100 host
4. Departemen B = 57 host
5. Departemen F = 25 host
6. Departemen D = 9 host - Ubah menjadi biner
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000000 00000000
11111111 11111111 00000000 00000000
Jika pada subneting dimabil dari network maka pada VLSM diambil pada dari host
l Untuk 500 host
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000000 00000000
11111111 11111111 00000000 00000000
Untuk 500 host dimabil 9 bit dari host-portion karena
2n-2 > jumlah host
Hasilnya 160.100.0.0/23
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.0.0/23 160.100.0.255 160.100.0.1 - 160.100.1.254
160.100.2.0/23 160.100.2.255 160.100.2.1 - 160.100.3.254
160.100.4.0/23 160.100.4.255 160.100.4.1 - 160.100.5.254
160.100.6.0/23 160.100.6.255 160.100.6.1 - 160.100.7.254
160.100.8.0/23 160.100.8.255 160.100.8.1 - 160.100.9.254
…….. ………. ………….
160.100.254.0/23 160.100.254.255 160.100.254.1 - 160.100.255.254
l Untuk 325 host kita masih dapat menggunakan subnet dari 500 host karena masih dalam arena 29 dan pilihlah subnet yang belum digunakan.
l Untuk 100 host menggunakan 28 > 100 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya yang belum terpakai.
misal 160.100.2.0/24
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000010 00000000
maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.2.0/24 160.100.2.255 160.100.2.1 - 160.100.2.254
160.100.3.0/24 160.100.3.255 160.100.3.1 - 160.100.3.254
l Untuk 57 host menggunakan 26 >57 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya yang belum terpakai.
misal 160.100.3.0/24
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000
maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.0/26 160.100.3.91 160.100.3.1 - 160.100.3.90
160.100.3.64/26 160.100.3.63 160.100.3.65 - 160.100.3.126
160.100.3.128/26 160.100.3.127 160.100.3.129 - 160.100.3.190
160.100.3.192/26 160.100.3.191 160.100.3.193 - 160.100.3.254
l Untuk 25 host menggunakan 25 > 25 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya yang belum terpakai.
misal 160.100.3.192/25
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000
maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.192/27 160.100.3.223 160.100.3.193 - 160.100.3.222
160.100.3.224/27 160.100.3.255 160.100.3.225 - 160.100.3.254
l Untuk 9 host menggunakan 24 > 16 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya yang belum terpakai.
misal 160.100.3.224/25
network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000
maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.224/28 160.100.3.239 160.100.3.225 - 160.100.3.227
160.100.3.240/28 160.100.3.255 160.100.3.241 - 160.100.3.254
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Sekarang kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 - 2 = 16.382 host
- Blok Subnet = 256 - 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
- Alamat host dan broadcast yang valid?
Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
- Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 27 - 2 = 126 host
- Blok Subnet = 256 - 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
- Alamat host dan broadcast yang valid?
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantap dan paham benar, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
Jumlah Host per Subnet = 216 - 2 = 65534 host
Blok Subnet = 256 - 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, dan seterusnya.
Alamat host dan broadcast yang valid?
Catatan:
Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x - 2
IP Address
IP Address adalah alamat yang diberikan kejaringan dan peralatan jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP. IP address terdiri atas 32 bit angka biner yang dapat dituliskan sebagai empat angka desimal yang dipisahkan oleh tanda titik seperti 192.16.10.01 atau dimisalkan berformat w.x.y.z. IP address adalah protokol yang paling banyak dipakai untuk meneruskan (routing) informasi di dalam jaringan.
IP address memiliki kelas-kelas seperti pada tabel 2.4.
Tabel 2.4. Kelas-kelas IP address
Kelas Range Network ID Host ID Default Subnet Mask
A 1-126 w x.y.z 255.0.0.0
B 128-191 w.x y.z 255.255.0.0
C 192-223 w.x.y z 255.255.255.0
catatan:
masih ada kelas D yang jarang digunakan, dan ada IPV6 yang bakal digunakan jika IPV4 ini sudah tida mencukupi.
Misalnya Ada IP 192.168.0.100 maka termasuk IP Address Kelas C
Subnetting
Jika seorang pemilik sebuah IP Address kelas B misalnya memerlukan lebih dari satu network ID maka ia harus mengajukan permohonan ke internic untuk mendapatkan IP Address baru. Namun persediaan IP Address sangat terbatas karena banyak menjamurnya situs-situs di internet.
Untuk mengatasi ini timbulah suatu teknik memperbanyak network ID dari satu network yang sudah ada. Hal ini dinamakan subnetting, di mana sebagian host ID dikorbankan untuk dipakai dalam membuat network ID tambahan.
Sebagai contoh, misal di kelas B network ID 130.200.0.0 dengan subnet mask 255.255.224.0 dimana oktet ketiga diselubung dengan 224. maka dapat di hitung dengan rumus 256-224=32. maka kelompok subnet yang dapat dipakai adalah kelipatan 32, 64, 128, 160, dan 192. Dengan demikian kelompok IP address yang dapat dipakai adalah:
130.200.32.1 sampai 130.200.63.254
130.200.64.1 sampai 130.200.95.254
130.200.96.1 sampai 130.200.127.254
130.200.128.1 sampai 130.200.159.254
130.200.160.1 sampai 130.200.191.254
130.200.192.1 sampai 130.200.223.254
Atau akan lebih mudah dengan suatu perumusan baik dalam menentukan subnet maupun jumlah host persubnet.Jumlah subnet = 2n-2, n = jumlah bit yang terselubung
Jumlah host persubnet = 2N-2, N = jumlah bit tidak terselubung
Sebagai contoh, misalnya suatu subnet memiliki network address 193.20.32.0 dengan subnet mask 255.255.255.224. Maka:
Jumlah subnet adalah 6, karena dari network address 193.20.32.0 dengan memperhatikan angka dari oktet pertama yaitu 193, maka dapat di ketahui berada pada kelas C. dengan memperhatikan subnetmask 255.255.255.224 atau 11111111.11111111.11111111. 11100000 dapat diketahui bahwa tiga bit host ID diselubung, sehingga didapat n = 3 dan didapat:jumlah subnet = 23-2 = 6.
Sedangkan untuk jumlah host persubnet adalah 30, ini didapat dari 5 bit yang tidak terselubung, maka N = 5 dan akan didapat: jumlah host per subnet = 25-2 = 30.
DAFTAR PUSAKA
fathurhoho. 2020. VLSM atau Variable Length Subnet Mask. https://ngonfig.net/vlsm.html. Diakses 08 febuari 2021 waktu 10:36.
_____. 2018. Belajar dan Mengenal IP Address, Subnetting, dan VLSM. https://smkn1cempagahulu.sch.id/artikel/24/Belajar-dan-Mengenal-IP-Address,-Subnetting,-dan-VLSM.html. Diakses 08 febuari 2021 waktu 10:36.
Komentar
Posting Komentar