15 arsitektur sistem operasi ubuntu 20.10
penyusun:
nama: muhammmad
Saya menginginkan spek tinggi karena berencana untuk menggunakan Ubuntu 20.10 sebagai OS utama di perangkat baru tersebut--yang alhamdulillah sekarang sudah terwujud. Karena itulah saya sengaja meluangkan waktu untuk menulis review dan cara install Ubuntu 20.10 ini.
Berhubung saya sudah punya sebuah laptop dan sebuah Samsung Curve Monitor yang kerap saya jadikan sebagai extend monitor. Saya pun memutuskan untuk membeli mini PC Intel Nuc10i3FNH (barebone). Untuk storage dan memorinya, saya memilih menggunakan SSD WD Green 240GB dan sekeping RAM Kingston 8GB.
Meski tidak terlalu istimewa, namun spesifikasi mini PC merk Intel ini tentu saja jauh lebih baik dibandingkan dengan laptop lawas saya. Dan, yang paling penting, bisa menjalankan Ubuntu 20.10 dengan sangat lancar.
By the way, laptop yang selama ini saya gunakan adalah Lenovo G40-70 dengan spesifikasi prosesor Intel Core i3 4030u dan RAM DDR3 yang sudah saya upgrade menjadi 4 GB.
Sejak pertama kali saya belinya di tahun 2015, laptop Lenovo ini sebagian besar saya gunakan untuk menjalankan sistem operasi Linux. Khususnya yang berbasis Debian atau Ubuntu dan turunannya. Saya juga pernah mencoba instal Windows 10 Pro, Phoenix OS, hingga Android x86. Semuanya berjalan dengan cukup lancar.
Elementary OS (eOS) adalah Distro Linux yang paling sering dan paling lama saya gunakan di laptop ini. tidak sulit untuk ditebak, alasan utama saya betah dengan eOS adalah karena antarmukanya yang sederhana, bersih, dan tampak modern.
Alasan lain yang membuat saya menyukai eOS adalah karena bobotnya yang sedikit lebih ringan dibanding Ubuntu. Meskipun bukan yang paling ringan. Namun, cukup lancar ketika saya gunakan untuk melakukan berbagai aktivitas.
Aktivitas saya di laptop ini tidak terlalu berat memang. Sesekali saya menggunakannya untuk mendesain poster menggunakan software Inkscape dan edit video menggunakan OpenShot.
Saya juga pernah mencoba menggunakan Laptop ini untuk menjalankan beberapa software Windows dengan bantuan Wine ataupun PlayOnLinux.
Beberapa contoh software Windows yang pernah saya coba jalankan di antaranya adalah: Microsoft Office 2007, 2010, dan 2013; Adobe Photoshop CS, CS3, dan CS4; Macromedia Flash 8 Pro, Adobe Flash CS4, hingga Particle Illusion.
Sebagian besar software yang sebutkan di atas berjalan dengan cukup lancar, kecuali Adobe Flash CS4 yang terasa agak berat dan Particle Illusion yang kurang optimal karena kurang kompatibel.
Meski demikian, setiap kali ada versi terbaru, saya akan selalu berusaha untuk mencobanya. Baik diinstal secara single boot maupun dual boot langsung tanpa menggunakan software virtual machine.
Ketika Ubuntu 20.04 release. Saya langsung tertarik setelah membaca dan melihat beberapa review di blog maupun YouTube.
Performanya yang lebih baik, adalah kesan yang paling membekas dan membuat saya penasaran serta ingin menginstal dan mencobanya di laptop.
Benar saja, jika dibandingkan dengan Ubuntu 19.04, versi 20.04 terasa sedikit lebih kencang dan berjalan lebih mulus di atas laptop Lenovo G40-70 saya.
Sayang, Ubuntu 20.04 tidak lama saya gunakan. Pasalnya, pada saat saya mencobanya, durasi yang dibutuhkan untuk booting memakan waktu hampir 2 menit. Inilah yang membuat saya akhirnya meninggalkan Ubuntu 20.04 dan kembali menggunakan Elementary.
Harapan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Waktu yang dibutuhkan 20.10 untuk booting, 30 detik lebih cepat dibandingkan 20.04.
Meskipun tidak terlalu signifikan dan tidak terlalu menggembirakan, namun hasil tersebut cukup memuaskan buat saya.
Tidak lama menggunakan Ubuntu 20.10, saya memutuskan kembali menggunakan Elementary setelah mencoba beberapa Distro Linux lainnya seperti, Linux Mint 20 versi Cinnamon dan Mate, MX Linux 19.3, Deepin 20, dan beberapa distro lainnya.
Setelah membeli mini PC Intel Nuc. Saya langsung memutuskan untuk menggunakannya sebagai daily driver. Dan, Ubuntu 20.10 adalah sistem operasi atau Distro Linux yang saya pilih untuk di-instal di mini PC tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa saya tidak menggunakan Elementary OS yang menjadi Distro Linux favorit saya selama ini.
Karena berbagai alasan tersebut, saya memutuskan menggunakan Ubuntu 20.10 sebagai sistem operasi utama di mini PC yang saya gunakan.
Selama menggunakan Ubuntu 20.10, sebagian besar software yang saya butuhkan tersedia dan bisa diinstal. Meski demikian, ada beberapa kendala yang saya hadapi saat menggunakan OS ini di Intel Nuc.
Masalah pertama yang saya hadapi adalah masalah audio. Secara default, 20.10 hanya menawarkan input audio internal dan output HDMI.
Namun masalah ini bisa dengan mudah saya atasi setelah menginstal “dkms” dengan perintah sudo apt install -y dkms.
Satu software yang tidak berhasil saya instal adalah Pantheon-photos. Tapi saya tidak terlalu kecewa karena, ada aplikasi image viewer lainnya yang sangat mirip, yaitu aplikasi Shotwell.
Sejauh ini, saya sudah mencoba menginstal Wine dan PlayOnLinux untuk mencoba menjalankan beberapa software Windows seperti yang telah saya sebutkan diatas. Dan, semuanya berjalan dengan cukup baik.
Saya juga mencoba mentransfer file secara nirkabel menggunakan fitur FTP yang juga berjalan cukup lancar.
Ubuntu Software Center juga menawarkan pengalaman yang cukup menyenangkan. Kehadiran Software Center sangat memudahkan user untuk menginstall berbagai macam software yang dibutuhkan. Meskipun, saya tetap lebih suka instal software via Terminal.
Adapun perubahan-perubahan minor seperti penambahan fitur sidik jari, fungsi screenshot yang diperbaharui, kernel yang mendukung USB Thunderbolt, atau kemudahan mengatur dan menyusun ikon aplikasi pada menu tidak banyak menarik perhatian saya.
Meski demikian, perubahan-perubahan kecil tersebut tentu saja akan berdampak positif bagi para pengguna lain. Khususnya bagi mereka yang punya laptop dengan fitur sidik jari, USB Thunderbolt, ataupun bagi mereka yang ingin menikmati sistem operasi Ubuntu di atas perangkat Raspberry Pi 4. Ya! kamu tidak salah dengar. Ubuntu terbaru sudah mendukung Raspberry Pi yang pada dasarnya berjalan di atas arsitektur arm64.
Peringatan!
Kamu juga perlu tahu bahwa Ubuntu release 20.10 hanya didukung hingga Juli 2021. Setelah itu, kemungkinan besar kamu akan dipaksa bermigrasi ke Ubuntu 21.04 (jika tetap ingin menikmati berbagai fitur dan keamanan termutakhir). Atau, opsi lainnya adalah downgrade ke Ubuntu 20.04 LTS yang didukung hingga tahun 2025.
Jika kamu tetap tertarik untuk mencoba menggunakan sistem operasi ini di komputer atau laptop, kamu bisa mengikuti langkah-langkah cara instal Ubuntu dengan flashdisk berikut ini.
1. Sediakan sebuah USB (flashdisk) berkapasitas minimal 4 GB
2. Download Ubuntu 20.10
3. Download Balena Etcher untuk membuat bootable USB Ubuntu. Kamu bisa memilih versi portable (Windows only) atau versi Installer
4. Colokkan flashdisk ke port USB yang tersedia
5. Jalankan aplikasi Etcher
7. Hidupkan komputer dengan menekan tombol power diikuti dengan mengetuk-ngetuk F12 pada keyboard sampai muncul Boot Option Menu
8. Pilih USB HDD: atau USB Storage Device atau USB: nama_flashdisk kemudian tekan Enter di keyboard
9. Page 1: Klik tombol Install Ubuntu
10. Page 2: Klik Continue pada jendela dialog Keyboard Layout
11. Page 3: Pilih
14. Page 5:
Jika proses installing sudah selesai, akan muncul kotak dialog untuk merestart PC atau tombol untuk terus mencoba Live Ubuntu
17. Klik tombol Restart Now
18. Sesaat, kamu akan diminta mencabut flashdisk dari port USB. Cabut flashdisk lalu tekan Enter di keyboard
19. Sampai disini, proses install Ubuntu 20.10 sudah selesai. Selanjutnya komputer akan booting dan masuk ke desktop Ubuntu setelah kamu memasukkan password
Setelah Install Ubuntu 20.10
2. Jalankan aplikasi Terminal
3. Update informasi software dengan mengetikkan perintah:
7. Cek juga pengaturan kecerahan layar jika kamu menggunakan laptop
nama: muhammmad
Review dan Cara Install Ubuntu Terbaru 2021
Di penghujung tahun 2020, alhamdulillah, saya mendapat rezeki yang tidak terduga. Sempat berencana menggunakannya untuk membeli laptop baru, namun saya urungkan. Mengingat, dengan budget yang sangat terbatas, sulit rasanya untuk memperoleh laptop dengan spesifikasi tinggi.Saya menginginkan spek tinggi karena berencana untuk menggunakan Ubuntu 20.10 sebagai OS utama di perangkat baru tersebut--yang alhamdulillah sekarang sudah terwujud. Karena itulah saya sengaja meluangkan waktu untuk menulis review dan cara install Ubuntu 20.10 ini.
Berhubung saya sudah punya sebuah laptop dan sebuah Samsung Curve Monitor yang kerap saya jadikan sebagai extend monitor. Saya pun memutuskan untuk membeli mini PC Intel Nuc10i3FNH (barebone). Untuk storage dan memorinya, saya memilih menggunakan SSD WD Green 240GB dan sekeping RAM Kingston 8GB.
Meski tidak terlalu istimewa, namun spesifikasi mini PC merk Intel ini tentu saja jauh lebih baik dibandingkan dengan laptop lawas saya. Dan, yang paling penting, bisa menjalankan Ubuntu 20.10 dengan sangat lancar.
By the way, laptop yang selama ini saya gunakan adalah Lenovo G40-70 dengan spesifikasi prosesor Intel Core i3 4030u dan RAM DDR3 yang sudah saya upgrade menjadi 4 GB.
Sejak pertama kali saya belinya di tahun 2015, laptop Lenovo ini sebagian besar saya gunakan untuk menjalankan sistem operasi Linux. Khususnya yang berbasis Debian atau Ubuntu dan turunannya. Saya juga pernah mencoba instal Windows 10 Pro, Phoenix OS, hingga Android x86. Semuanya berjalan dengan cukup lancar.
Elementary OS (eOS) adalah Distro Linux yang paling sering dan paling lama saya gunakan di laptop ini. tidak sulit untuk ditebak, alasan utama saya betah dengan eOS adalah karena antarmukanya yang sederhana, bersih, dan tampak modern.
Alasan lain yang membuat saya menyukai eOS adalah karena bobotnya yang sedikit lebih ringan dibanding Ubuntu. Meskipun bukan yang paling ringan. Namun, cukup lancar ketika saya gunakan untuk melakukan berbagai aktivitas.
Aktivitas saya di laptop ini tidak terlalu berat memang. Sesekali saya menggunakannya untuk mendesain poster menggunakan software Inkscape dan edit video menggunakan OpenShot.
Saya juga pernah mencoba menggunakan Laptop ini untuk menjalankan beberapa software Windows dengan bantuan Wine ataupun PlayOnLinux.
Beberapa contoh software Windows yang pernah saya coba jalankan di antaranya adalah: Microsoft Office 2007, 2010, dan 2013; Adobe Photoshop CS, CS3, dan CS4; Macromedia Flash 8 Pro, Adobe Flash CS4, hingga Particle Illusion.
Sebagian besar software yang sebutkan di atas berjalan dengan cukup lancar, kecuali Adobe Flash CS4 yang terasa agak berat dan Particle Illusion yang kurang optimal karena kurang kompatibel.
Review Ubuntu 20.04
Ubuntu adalah salah satu distro favorit saya. Meskipun, sistem operasi yang satu ini tidak begitu sering saya beri kesempatan untuk menghiasi laptop. Mengingat, Ubuntu membutuhkan spek hardware yang lebih tinggi dibandingkan dengan Linux Mint ataupun Elementary OS yang biasa saya gunakan.Meski demikian, setiap kali ada versi terbaru, saya akan selalu berusaha untuk mencobanya. Baik diinstal secara single boot maupun dual boot langsung tanpa menggunakan software virtual machine.
Ketika Ubuntu 20.04 release. Saya langsung tertarik setelah membaca dan melihat beberapa review di blog maupun YouTube.
Performanya yang lebih baik, adalah kesan yang paling membekas dan membuat saya penasaran serta ingin menginstal dan mencobanya di laptop.
Benar saja, jika dibandingkan dengan Ubuntu 19.04, versi 20.04 terasa sedikit lebih kencang dan berjalan lebih mulus di atas laptop Lenovo G40-70 saya.
Sayang, Ubuntu 20.04 tidak lama saya gunakan. Pasalnya, pada saat saya mencobanya, durasi yang dibutuhkan untuk booting memakan waktu hampir 2 menit. Inilah yang membuat saya akhirnya meninggalkan Ubuntu 20.04 dan kembali menggunakan Elementary.
Alasan Saya Memilih Ubuntu 20.10
Tidak putus asa, saya memberikan kesempatan pada Ubuntu 20.10 langsung setelah release. Harapan saya, distro ini menawarkan waktu booting yang lebih singkat.Harapan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Waktu yang dibutuhkan 20.10 untuk booting, 30 detik lebih cepat dibandingkan 20.04.
Meskipun tidak terlalu signifikan dan tidak terlalu menggembirakan, namun hasil tersebut cukup memuaskan buat saya.
Tidak lama menggunakan Ubuntu 20.10, saya memutuskan kembali menggunakan Elementary setelah mencoba beberapa Distro Linux lainnya seperti, Linux Mint 20 versi Cinnamon dan Mate, MX Linux 19.3, Deepin 20, dan beberapa distro lainnya.
Ulasan Ubuntu 20.10 Groovy Gorilla
Pengalaman menggunakan Ubuntu 20.10 di laptop Lenovo G40-70 meninggalkan kesan yang cukup positif buat saya. Terutama, karena performanya yang terasa cukup mulus dan relatif cepat saat membuka aplikasi/software.Setelah membeli mini PC Intel Nuc. Saya langsung memutuskan untuk menggunakannya sebagai daily driver. Dan, Ubuntu 20.10 adalah sistem operasi atau Distro Linux yang saya pilih untuk di-instal di mini PC tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa saya tidak menggunakan Elementary OS yang menjadi Distro Linux favorit saya selama ini.
- Ubuntu adalah Distro Linux yang menurut saya sangat stabil dan cocok dijadikan sebagai daily driver. Khusunya, di atas komputer yang dibekali spek tinggi
- Komunitas Ubuntu merupakan salah satu komunitas Linux terbesar. Sehingga, berbagai masalah yang kita hadapi ketika menggunakan OS ini, akan lebih mudah dicari solusinya
- Dukungan software yang lengkap adalah alasan lain mengapa saya lebih memilih Ubuntu dibandingkan distro lainnya
- Sistem operasi ini terasa sangat solid dan membawa fitur yang sangat lengkap serta memenuhi semua kebutuhan saya. Baik itu untuk menulis atau ngeblog, desain, edit foto, animasi, edit audio, hingga edit video
- Berbekal mini PC Intel Nuc, saya tidak terlalu mengkhawatirkan soal baterai seperti ketika menggunakan laptop. Karena itulah, saya bisa memaksimalkan performa PC
- Waktu booting yang saya keluhkan saat menggunakan laptop, tentu saja sudah berkurang secara signifikan di mini PC Intel Nuc yang dibekali dengan SSD dan RAM 8GB DDR4 PC 2666. Sehingga tidak mengherankan apabila, Ubuntu 20.10 bisa booting kurang dari 30 detik
Karena berbagai alasan tersebut, saya memutuskan menggunakan Ubuntu 20.10 sebagai sistem operasi utama di mini PC yang saya gunakan.
Selama menggunakan Ubuntu 20.10, sebagian besar software yang saya butuhkan tersedia dan bisa diinstal. Meski demikian, ada beberapa kendala yang saya hadapi saat menggunakan OS ini di Intel Nuc.
Masalah pertama yang saya hadapi adalah masalah audio. Secara default, 20.10 hanya menawarkan input audio internal dan output HDMI.
Namun masalah ini bisa dengan mudah saya atasi setelah menginstal “dkms” dengan perintah sudo apt install -y dkms.
Satu software yang tidak berhasil saya instal adalah Pantheon-photos. Tapi saya tidak terlalu kecewa karena, ada aplikasi image viewer lainnya yang sangat mirip, yaitu aplikasi Shotwell.
Sejauh ini, saya sudah mencoba menginstal Wine dan PlayOnLinux untuk mencoba menjalankan beberapa software Windows seperti yang telah saya sebutkan diatas. Dan, semuanya berjalan dengan cukup baik.
Saya juga mencoba mentransfer file secara nirkabel menggunakan fitur FTP yang juga berjalan cukup lancar.
Ubuntu Software Center juga menawarkan pengalaman yang cukup menyenangkan. Kehadiran Software Center sangat memudahkan user untuk menginstall berbagai macam software yang dibutuhkan. Meskipun, saya tetap lebih suka instal software via Terminal.
Kesan Selama Menggunakan Ubuntu 20.10
Selain pengalaman menjalankan aplikasi yang terasa lebih cepat dibandingkan dengan release 19.04, praktis tidak ada perubahan berarti yang saya rasakan.Adapun perubahan-perubahan minor seperti penambahan fitur sidik jari, fungsi screenshot yang diperbaharui, kernel yang mendukung USB Thunderbolt, atau kemudahan mengatur dan menyusun ikon aplikasi pada menu tidak banyak menarik perhatian saya.
Meski demikian, perubahan-perubahan kecil tersebut tentu saja akan berdampak positif bagi para pengguna lain. Khususnya bagi mereka yang punya laptop dengan fitur sidik jari, USB Thunderbolt, ataupun bagi mereka yang ingin menikmati sistem operasi Ubuntu di atas perangkat Raspberry Pi 4. Ya! kamu tidak salah dengar. Ubuntu terbaru sudah mendukung Raspberry Pi yang pada dasarnya berjalan di atas arsitektur arm64.
Cara Install Ubuntu Terbaru 2021
Setelah membaca ulasan singkat saya di atas, beberapa diantara kamu mungkin ada yang tertarik untuk install Ubuntu 20.10 di laptop atau PC. Tutorial cara install Ubuntu 20.10 ini juga bisa kamu terapkan untuk menginstall Ubuntu 20.04.Peringatan!
- Backup data-data penting sebelum install
- Kerusakan system, data, dan hardware selama proses install menjadi tanggung jawab masing-masing
- Tutorial cara install Ubuntu 20.10 ini dimaksudkan untuk single boot, bukan dual boot dengan Windows
Kamu juga perlu tahu bahwa Ubuntu release 20.10 hanya didukung hingga Juli 2021. Setelah itu, kemungkinan besar kamu akan dipaksa bermigrasi ke Ubuntu 21.04 (jika tetap ingin menikmati berbagai fitur dan keamanan termutakhir). Atau, opsi lainnya adalah downgrade ke Ubuntu 20.04 LTS yang didukung hingga tahun 2025.
- Sistem operasi ini disarankan untuk di-instal di atas laptop atau komputer dengan spesifikasi minimal:
- Prosesor dual-core berkecepatan 2 GHz
- RAM 4GB
- Hard Disk minimal 25 GB
Jika kamu tetap tertarik untuk mencoba menggunakan sistem operasi ini di komputer atau laptop, kamu bisa mengikuti langkah-langkah cara instal Ubuntu dengan flashdisk berikut ini.
1. Sediakan sebuah USB (flashdisk) berkapasitas minimal 4 GB
2. Download Ubuntu 20.10
3. Download Balena Etcher untuk membuat bootable USB Ubuntu. Kamu bisa memilih versi portable (Windows only) atau versi Installer
4. Colokkan flashdisk ke port USB yang tersedia
5. Jalankan aplikasi Etcher
- Klik tombol Select Image
- Pilih file “ubuntu-20.10-desktop-amd64.iso”
- Pilih flashdisk yang akan kamu gunakan untuk install Linux Ubuntu
- Tekan tombol Flash
- Setelah proses Flash Complete!
7. Hidupkan komputer dengan menekan tombol power diikuti dengan mengetuk-ngetuk F12 pada keyboard sampai muncul Boot Option Menu
8. Pilih USB HDD: atau USB Storage Device atau USB: nama_flashdisk kemudian tekan Enter di keyboard
9. Page 1: Klik tombol Install Ubuntu
10. Page 2: Klik Continue pada jendela dialog Keyboard Layout
11. Page 3: Pilih
- Normal Installation
- Download update while installing Ubuntu (kalau komputermu terhubung ke jaringan internet)
- Install third party software for graphics and Wi-Fi…
- Klik tombol Continue
- Erase disk and install Ubuntu
- Klik tombol Install Now
14. Page 5:
- Klik tempat tinggalmu pada peta
- Klik tombol Continue
- Isi semua form yang tersedia. Contoh:
- Your name: Joo Izzy
- Your computer’s name: Ubuntu2010
- Pick a Username: jooizzy
- Choose a password: pA$$w0rd
- Confirm your password: pA$$w0rd
- Tips membuat password yang tidak mudah dibobol: Gunakan kombinasi antara angka, huruf kecil/besar, dan simbol untuk menciptakan strong password
- Klik tombol Continue
Jika proses installing sudah selesai, akan muncul kotak dialog untuk merestart PC atau tombol untuk terus mencoba Live Ubuntu
17. Klik tombol Restart Now
18. Sesaat, kamu akan diminta mencabut flashdisk dari port USB. Cabut flashdisk lalu tekan Enter di keyboard
19. Sampai disini, proses install Ubuntu 20.10 sudah selesai. Selanjutnya komputer akan booting dan masuk ke desktop Ubuntu setelah kamu memasukkan password
Setelah Install Ubuntu 20.10
2. Jalankan aplikasi Terminal
3. Update informasi software dengan mengetikkan perintah:
- sudo apt update > Enter
- Masukkan password > Enter
- sudo apt upgrade > Enter
- Masukkan password > Enter (jika diminta)
- Klik pada tombol Updates
- Klik tombol Update All
7. Cek juga pengaturan kecerahan layar jika kamu menggunakan laptop
8. Install beberapa aplikasi umum yang penting seperti:
Meskipun Windows dan macOS adalah sistem operasi desktop yang paling populer, tapi mereka bukan satu-satunya pilihan Anda. Ubuntu, (pronounced/diucapkan “oo-boon-too”), adalah alternatif yang sangat cocok: Ubuntu memiliki fitur UX yang canggih dan kinerja yang solid. Plus, sistem operasinya gratis untuk diunduh, sangat portabel, dan lebih sederhana dari sebelumnya. Versi terbaru Ubuntu saat ini adalah versi 20.04 (Focal Fossa) tidak membawa terlalu banyak perubahan yang menggemparkan dunia dari rilis terakhir, tetapi perpindahan ke versi yang lebih baru dari kernel Linux dan lingkungan desktop GNOME, dikombinasikan dengan peningkatan antarmuka, disambut dengan pembaruan. Namun, Anda masih akan menghadapi tantangan yang melekat pada sistem Linux, termasuk kurva belajar yang lebih curam, dukungan aplikasi pihak ketiga yang terbatas, dan kelangkaan perangkat keras pihak pertama. Meskipun kami merekomendasikan bahwa kebanyakan orang tetap menggunakan Windows 10 atau macOS, Ubuntu cocok untuk mereka senang berpetualang dan bereksplorasi.
Ubuntu adalah distribusi GNU / Linux (sering disingkat menjadi distro) yang dikelola oleh perusahaan perangkat lunak berbasis di Inggris yang disebut Canonical. Ubuntu sendiri didasarkan pada Debian (distro GNU / Linux lain), yang berarti “dibangun di atas arsitektur dan infrastruktur Debian dan berkolaborasi secara luas dengan pengembang Debian,” per situs web Ubuntu.
Terlepas dari versi desktop yang dibahas dalam ulasan ini, Canonical juga merilis versi Ubuntu untuk platform cloud, server, dan IoT. Ubuntu Touch, proyek OS seluler open-source, tidak lagi dikelola oleh Ubuntu; komunitas UBports mengambil alih pengembangannya.
Rilis terbaru Ubuntu adalah 20,04 LTS (Focal Fossa). Nomor versi selalu bergaya karena YY.MM dan LTS adalah singkatan untuk dukungan jangka panjang atau Long Term Support, yang menjamin lima tahun pembaruan keamanan dan pemeliharaan gratis. Focal Fossa adalah rilis LTS dua tahunan (setiap dua tahun). Rilis LTS sebelumnya adalah 18,04 (Bionic Beaver).
Jadi, apa yang baru di Ubuntu Focal Fossa? Lihat Fitur Apa Saja Yang Terdapat di Ubuntu Versi 20.04 (Focal Fossa). Singkatnya, Ubuntu 20.04 menggunakan versi terbaru dari kernel Linux (5.4) dan versi terbaru GNOME (3.36). Ini juga membawa Tema Gelap baru (Dark Theme), aplikasi yang dirancang ulang dan elemen visual, mode permainan baru, dan peningkatan kinerja startup. Meskipun tidak satu pun dari hal ini yang terdengar sangat inovatif, kombinasi dari semua perubahan ini meningkatkan pengalaman OS secara signifikan.
selanjutnya.
Saat Anda mengunduh Ubuntu, Anda dapat menambahkan donasi, tetapi pembayaran bersifat opsional. Anda benar-benar harus berkontribusi untuk Ubuntu jika Anda berencana untuk menggunakan OS secara teratur. Anda juga harus mendaftar untuk akun online Ubuntu One saat ini, karena Anda akan menggunakannya untuk mengakses semua layanan dan situs yang terkait dengan Ubuntu. Fitur keamanan Livepatch yang saya amati mengharuskan Anda untuk mendaftar ke akun Ubuntu One juga.
Dalam kebanyakan kasus, OS yang Anda gunakan terkait dengan perangkat keras yang Anda pilih. Untuk MacOS misalnya, Anda perlu membeli komputer Apple. Hanya beberapa perangkat yang dilengkapi dengan Ubuntu yang sudah diinstal sebelumnya dibandingkan dengan OS utama lainnya. Salah satu opsi terbaik adalah Dell XPS 13 Developer Edition (kami meninjau versi Windows), tetapi itu masih dimuat dengan versi 18.04. Dell juga menjual workstation dan PC lainnya dengan Ubuntu yang sudah diinstal. Pabrikan yang berfokus pada Linux, System 76 menjual model dengan versi terbaru dari Ubuntu yang sudah diinstal sebelumnya, sementara Think Penguin mendaftar perangkat keras yang mendukung pembaruan 20.04. Anda juga dapat memperbarui Ubuntu ke versi terbaru di sebagian besar perangkat keras komputer. Lihatlah daftar lengkap perangkat keras bersertifikat Ubuntu untuk opsi lain, termasuk dari Lenovo, HP, dan Acer. Tidak ada yang mencegah Anda menginstal versi terbaru Ubuntu pada perangkat keras yang tidak tercantum di sana, seperti Pinebook Pro, tetapi Anda mungkin mengalami masalah driver yang tidak terduga.
Opsi instalasi lainnya termasuk dual-boot, menjalankan OS pada mesin virtual (VM), seperti melalui perangkat lunak Oracle VirtualBox, atau membuat USB bootable. Saya merekomendasikan metode terakhir untuk orang yang ingin mencoba OS tanpa menginstalnya, karena itu tidak meninggalkan jejak pada sistem Anda. Misalnya, metode ini tidak menginstal GRand Unified Bootloader (GRUB) secara permanen di sistem Anda. Selain itu, Ubuntu menyediakan panduan langkah demi langkah yang sangat baik tentang cara membuat USB yang dapat di-boot dengan OS.
Canonical juga menyediakan beberapa cara bagi pengembang untuk menggunakan antarmuka baris perintah Ubuntu. Salah satunya adalah Multipass, VM yang dipaket yang dapat Anda unduh untuk Windows, macOS, dan Linux (sebagai Paket Snap — jenis aplikasi yang dibundel yang akan saya diskusikan nanti). Dua opsi lainnya khusus untuk perangkat Windows 10. Anda dapat menginstal Ubuntu 20.04 dari Microsoft Store atau mengaktifkan Subsistem Windows untuk Linux. Semua opsi ini memberikan kerumunan pengembang lingkungan Ubuntu yang mudah diakses tanpa perlu melakukan sumber daya sistem secara permanen.
Ubuntu memang membutuhkan lebih banyak kurva belajar daripada Windows, macOS, atau Chrome OS, tapi saya tidak akan menggambarkan Ubuntu sebagai sulit untuk digunakan. Meskipun aplikasi yang dibundel Ubuntu berfungsi dan berfungsi dengan baik, salah satu rintangan terbesar Ubuntu adalah tetap mendukung dan mengelola aplikasi pihak ketiga. Kurangnya dukungan perangkat pihak pertama yang luas juga bermasalah. Masalah kompatibilitas perangkat lunak dan perangkat keras acak yang muncul juga dapat mengganggu pengguna. Namun, untuk OS gratis, itu bukan masalah yang berarti dibanding dengan platform solid yang Anda dapatkan.
- TLP untuk menghemat baterai
- Font Microsoft
- Codec untuk multimedia
- Dan software-software lainnya yang bisa kamu temukan di Software Center
Berkenalan Dengan Ubuntu 20.04 (Focal Fossa)
Meskipun Windows dan macOS adalah sistem operasi desktop yang paling populer, tapi mereka bukan satu-satunya pilihan Anda. Ubuntu, (pronounced/diucapkan “oo-boon-too”), adalah alternatif yang sangat cocok: Ubuntu memiliki fitur UX yang canggih dan kinerja yang solid. Plus, sistem operasinya gratis untuk diunduh, sangat portabel, dan lebih sederhana dari sebelumnya. Versi terbaru Ubuntu saat ini adalah versi 20.04 (Focal Fossa) tidak membawa terlalu banyak perubahan yang menggemparkan dunia dari rilis terakhir, tetapi perpindahan ke versi yang lebih baru dari kernel Linux dan lingkungan desktop GNOME, dikombinasikan dengan peningkatan antarmuka, disambut dengan pembaruan. Namun, Anda masih akan menghadapi tantangan yang melekat pada sistem Linux, termasuk kurva belajar yang lebih curam, dukungan aplikasi pihak ketiga yang terbatas, dan kelangkaan perangkat keras pihak pertama. Meskipun kami merekomendasikan bahwa kebanyakan orang tetap menggunakan Windows 10 atau macOS, Ubuntu cocok untuk mereka senang berpetualang dan bereksplorasi.Ubuntu adalah distribusi GNU / Linux (sering disingkat menjadi distro) yang dikelola oleh perusahaan perangkat lunak berbasis di Inggris yang disebut Canonical. Ubuntu sendiri didasarkan pada Debian (distro GNU / Linux lain), yang berarti “dibangun di atas arsitektur dan infrastruktur Debian dan berkolaborasi secara luas dengan pengembang Debian,” per situs web Ubuntu.
Terlepas dari versi desktop yang dibahas dalam ulasan ini, Canonical juga merilis versi Ubuntu untuk platform cloud, server, dan IoT. Ubuntu Touch, proyek OS seluler open-source, tidak lagi dikelola oleh Ubuntu; komunitas UBports mengambil alih pengembangannya.
Rilis terbaru Ubuntu adalah 20,04 LTS (Focal Fossa). Nomor versi selalu bergaya karena YY.MM dan LTS adalah singkatan untuk dukungan jangka panjang atau Long Term Support, yang menjamin lima tahun pembaruan keamanan dan pemeliharaan gratis. Focal Fossa adalah rilis LTS dua tahunan (setiap dua tahun). Rilis LTS sebelumnya adalah 18,04 (Bionic Beaver).
Jadi, apa yang baru di Ubuntu Focal Fossa? Lihat Fitur Apa Saja Yang Terdapat di Ubuntu Versi 20.04 (Focal Fossa). Singkatnya, Ubuntu 20.04 menggunakan versi terbaru dari kernel Linux (5.4) dan versi terbaru GNOME (3.36). Ini juga membawa Tema Gelap baru (Dark Theme), aplikasi yang dirancang ulang dan elemen visual, mode permainan baru, dan peningkatan kinerja startup. Meskipun tidak satu pun dari hal ini yang terdengar sangat inovatif, kombinasi dari semua perubahan ini meningkatkan pengalaman OS secara signifikan.
Bisakah PC Saya Menjalankan Focal Fossa?
Ubuntu membutuhkan prosesor dual-core 2GHz atau lebih, 4GB memori sistem (RAM), 25GB ruang hard drive, baik drive DVD atau port USB untuk media penginstalan, dan akses internet (dalam kebanyakan kasus). Ini sedikit berubah dari rilis 18.04, yang hanya membutuhkan 2GB RAM. Ada versi OS yang lebih ringan (disebut flavours) yang dapat Anda coba, yang akan saya bahas di artikelselanjutnya.
Saat Anda mengunduh Ubuntu, Anda dapat menambahkan donasi, tetapi pembayaran bersifat opsional. Anda benar-benar harus berkontribusi untuk Ubuntu jika Anda berencana untuk menggunakan OS secara teratur. Anda juga harus mendaftar untuk akun online Ubuntu One saat ini, karena Anda akan menggunakannya untuk mengakses semua layanan dan situs yang terkait dengan Ubuntu. Fitur keamanan Livepatch yang saya amati mengharuskan Anda untuk mendaftar ke akun Ubuntu One juga.
Dalam kebanyakan kasus, OS yang Anda gunakan terkait dengan perangkat keras yang Anda pilih. Untuk MacOS misalnya, Anda perlu membeli komputer Apple. Hanya beberapa perangkat yang dilengkapi dengan Ubuntu yang sudah diinstal sebelumnya dibandingkan dengan OS utama lainnya. Salah satu opsi terbaik adalah Dell XPS 13 Developer Edition (kami meninjau versi Windows), tetapi itu masih dimuat dengan versi 18.04. Dell juga menjual workstation dan PC lainnya dengan Ubuntu yang sudah diinstal. Pabrikan yang berfokus pada Linux, System 76 menjual model dengan versi terbaru dari Ubuntu yang sudah diinstal sebelumnya, sementara Think Penguin mendaftar perangkat keras yang mendukung pembaruan 20.04. Anda juga dapat memperbarui Ubuntu ke versi terbaru di sebagian besar perangkat keras komputer. Lihatlah daftar lengkap perangkat keras bersertifikat Ubuntu untuk opsi lain, termasuk dari Lenovo, HP, dan Acer. Tidak ada yang mencegah Anda menginstal versi terbaru Ubuntu pada perangkat keras yang tidak tercantum di sana, seperti Pinebook Pro, tetapi Anda mungkin mengalami masalah driver yang tidak terduga.
Opsi instalasi lainnya termasuk dual-boot, menjalankan OS pada mesin virtual (VM), seperti melalui perangkat lunak Oracle VirtualBox, atau membuat USB bootable. Saya merekomendasikan metode terakhir untuk orang yang ingin mencoba OS tanpa menginstalnya, karena itu tidak meninggalkan jejak pada sistem Anda. Misalnya, metode ini tidak menginstal GRand Unified Bootloader (GRUB) secara permanen di sistem Anda. Selain itu, Ubuntu menyediakan panduan langkah demi langkah yang sangat baik tentang cara membuat USB yang dapat di-boot dengan OS.
Canonical juga menyediakan beberapa cara bagi pengembang untuk menggunakan antarmuka baris perintah Ubuntu. Salah satunya adalah Multipass, VM yang dipaket yang dapat Anda unduh untuk Windows, macOS, dan Linux (sebagai Paket Snap — jenis aplikasi yang dibundel yang akan saya diskusikan nanti). Dua opsi lainnya khusus untuk perangkat Windows 10. Anda dapat menginstal Ubuntu 20.04 dari Microsoft Store atau mengaktifkan Subsistem Windows untuk Linux. Semua opsi ini memberikan kerumunan pengembang lingkungan Ubuntu yang mudah diakses tanpa perlu melakukan sumber daya sistem secara permanen.
Kesimpulan
Ubuntu 20.04 (Focal Fossa) terasa stabil, kohesif, dan akrab dengan pengguna, yang tidak mengejutkan mengingat perubahan sejak rilis 18.04, seperti pindah ke versi yang lebih baru dari Kernel Linux dan GNOME. Hasilnya, antarmuka pengguna terlihat sangat baik dan terasa lebih lancar dalam operasi daripada versi LTS sebelumnya. Ubuntu tetap merupakan OS yang ringan, portabel, untuk pengguna rumahan, pelajar, dan pengembang. Siapa pun yang ingin merangkul gaya hidup open-source atau yang ingin istirahat dari dunia Microsoft, Apple, dan Google harus mencobanya.Ubuntu memang membutuhkan lebih banyak kurva belajar daripada Windows, macOS, atau Chrome OS, tapi saya tidak akan menggambarkan Ubuntu sebagai sulit untuk digunakan. Meskipun aplikasi yang dibundel Ubuntu berfungsi dan berfungsi dengan baik, salah satu rintangan terbesar Ubuntu adalah tetap mendukung dan mengelola aplikasi pihak ketiga. Kurangnya dukungan perangkat pihak pertama yang luas juga bermasalah. Masalah kompatibilitas perangkat lunak dan perangkat keras acak yang muncul juga dapat mengganggu pengguna. Namun, untuk OS gratis, itu bukan masalah yang berarti dibanding dengan platform solid yang Anda dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
syahrul ramdhan. 2020. berkenal dengan ubuntu 20.04 focal fossa https://www.btjkomputer.com/berkenalan-dengan-ubuntu-20-04-focal-fossa/. DIAKSES 02/03/2021
jonl pranata. januari 09/2021. review dan cara install ubuntu terbaru 2021 https://www.jooizzy.com/2021/01/review-dan-cara-install-ubuntu-2010.html. DIAKSES 02/03/2021
Komentar
Posting Komentar